MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
PERGELARAN KUDA LUMPING
Dosen Pengampu :
Didi Darmadi
Di Susun
Oleh :
UMI WAHYULA :
11632025
BKI A/1
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN
DAKWAH
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PONTIANAK
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur
yang tak terhingga pada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat yang besar
pada kita semua, terutama nikmat kesehatan, keimanan dan keberIslaman.
Mudah-mudahan istiqomah selalu menghiasi hari-hari kita agar dapat merasakan
kebahagiaan di dunia dan syurga di akhirat.
Shalawat dan salam
dihadiahkan untuk Rasulullah Saw, sebagai teladan dan qudwah bagi kita yang
mendambakan sosok figur yang super hebat, hebat jasmaninya, hebat rohaninya,
hebat intelektualnya, hebat kasih sayangnya pada manusia, hingga seleruh alam
bertasbih bersamanya.
Di sini saya menyadari
sedalam-dalamnya bahwa makalah yang berjudul Pergelaran Kuda Lumping ini masih jauh dari harapan yang
semestinya, tapi paling tidak dapat menjadi sumbangsih pemikiran guna
memperkuat struktur keilmuan dan khazanah Budaya Lokal.
Oleh karena itu, atas
segala saran dan masukannya saya ucapkan banyak terima kasih, terutama kepada
Ibu saya sendiri yang memberikan saya inspirasi serta penjelasan tentang seluk
beluk tradisi ini. Semoga hasil karya sederhana ini bermanfaat dan semoga Allah
Swt. senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.
Pontianak, November
2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….……………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang………………………………………………………..….. 1
B.
Rumusan
Masalah…………………………………………………….….. 2
C.
Tujuan…………………………………………………………….……… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Tarian
Kuda Lumping………………………………………… 3
B.
Cara
Permainan…………………………………………………………... 4
C.
Tata Cara
Melakukan Pergelaran……………………………………….... 10
D.
Peralan dan
Bahan yang Digunakan………………………………………10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………..…...... 12
Saran……………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Kesenian
yang satu ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang terkenal di pulau
Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta daerah-daerah lain
sekitarnya. Namanya adalah Kuda Lumping. Jika para pembaca
bertanya, apa itu kuda lumping? Disini saya akan menjelaskannya sepengetahuaan
saya. Kuda Lumping adalah salah satu kesenian tradisional Jawa yang
menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda. Kuda yang di gunakan dalam
tarian ini bukanlah kuda sungguhan, namun kuda yang terbuat dari kulit
kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga yang
terbuat dari bambu
yang dianyam, bahan ini dibentuk dan dihias menyerupai kuda.
Selain
Kuda Lumping, tarian ini juga sering disebut “Jaran kepang/Jaranan/Jathilan” karena bentuk dari kudanya yang dihiasi
dengan rambut tiruan terbuat dari tali plastik dan dihias dengan cara dikepang.
Selain menyuguhkan gerak tari, tarian ini juga terdapat unsur magis karena
setiap pertunjukannya ada beberapa atau semua penari yang mengalami kesurupan
dan ada beberapa ritual yang di lakukan dalam tarian ini.
Selain itu
ada beberapa atraksi berbahaya yang dipertontonkan seperti memakan beling, menyayat sabut kelapa dengan gigi,
berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya.
Tarian ini merupakan pengembangan dari kesenian “Jatilan”. Walaupun masih terdapat beberapa unsur seperti kesurupan
dan atraksi berbahaya, namun pada Kuda Lumping ini lebih mengutamakan gerakan
tari yang menggambarkan jiwa kepahlawanan para prajurit berkuda dalam
peperangan.
Tari kuda
lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan
berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis,
dan agresif, melalui kibasan kuda-kudaan yang digunakan, menirukan gerakan
layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seperti
halnya tarian lain yang ada di Indonesia kuda lumping biasanya ditampilkan pada
ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan
syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Untuk menghormati
Dewa sang pemberi wangsit dan memperingati kemenangan demi
kemenangan kemudian setiap tahun diadakan upacara kebaktian dengan
suguhan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan yang menggambarkan kepahlawanan,
sebagai suatu prosesi dari prajurit penunggang kuda yang kalap
dan menyerbu musuh-musuhnya. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu
berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu
kemudian diberi nama Kuda Lumping.
2.
Rumusan
Masalah
Pembahasan dalam
makalan ini akan membahas tentang
a. masalah
sejarah, dan
b. cara
pergelaran.
3.
Tujuan
Adapun makalan
ini saya buat untuk memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang salah satu
kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Di dalam makalan ini saya selaku
penulis membahas tentang sejarah dan cara permainan kuda Lumping. Karena pada
dasarnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang tradisi
pergelaran ini. Tujuan awal digelarnya tradisi ini adalah sebagai ritual
semata, namun saat ini ada juga yang menggelarnya sebagai suguhan dalam
menyambut tamu kehormatan dan acara hajatan-hajatan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
PERGELARAN
KUDA LUMPING
A.
Asal
Usul Tarian Kuda Lumping
Sangat sulit untuk menemukan sumber catatan sejarah yang
menjelaskan tentang asal muasal tarian ini, hanya sebuah riwayat saja yang
diceritakan oleh rakyat secara turun temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Namun konon katanya kuda lumping adalah bentuk dukungan rakyat
jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah
Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan
kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan
penjajah Belanda. Versi lain lagi menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan
tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku
Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Menurut sekelompok masyarakat yang lain mengenai sejarah ini,
seni kuda lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki
kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite
kerajaan yang memiliki bala tentara. Di samping itu, kesenian ini juga sebagai
media dalam menghadirkan hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada
rakyat pada umumnya.
Beberapa masyarakat di daerah lain
mengatakan tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Mereka menyebutkan, bahwa
tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar
Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap
emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang
babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.
Ada juga
kelompok masyarakat lain yang mengatakan bahwa kesenian kuda lumping berasal
dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Menurut mereka legenda ini menceritakan
tentang Raja Ponorogo yang selalu kalah dalam peperangan. Sang raja masygul
dan gundah. Hingga akhirnya ia pergi ke sebuah pertapaan. Ketika sedang
khusuk-khusuknya memohon kepada Dewa Jawata Sang Marasanga, ia dikejutkan
oleh suara tankatingalan. Suara itu ternyata wangsit dari Sang Jawata.
Isinya apabila raja ingin menang perang, ia harus menyiapkan sepasukan
berkuda. Ketika pergi ke medan perang, para prajurit penunggang kuda
itu diiringi dengan "bande" dan rawe-rawe.
Konon,
bande dan rawe-rawe itu menggugah semangat menyala, membabi buta di
kalangan para prajurit penunggang kuda. Ketika bertempur mereka mabuk sehingga
tidak sadarkan diri, tapi dengan semangat keberanian yang luar biasa menyerang
musuh-musuhnya. Demikianlah dalam setiap peperangan para prajurit bergerak
dalam keadaan kalap dan memenggal kepala musuh-musuhnya dengan kekuatan
yang tangguh. Akhirya Raja selalu memperoleh kemenangan.
Untuk menghormati
Dewa sang pemberi wangsit dan memperingati kemenangan demi
kemenangan kemudian setiap tahun diadakan upacara kebaktian dengan
suguhan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan yang
menggambarkan kepahlawanan, sebagai suatu prosesi dari prajurit penunggang
kuda yang kalap dan menyerbu musuh-musuhnya. Selanjutnya tarian menunggang
kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat.
Tarian itulah yang kemudian diberi nama Kuda Lumping.
B.
Cara
Permainan
Versi 1
Dalam pementasannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4
fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon
Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan
terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda
anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para
penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para
penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang
menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari.
Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan
terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk
memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap
pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan
supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris
merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga
kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada
fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari
senterewe.Kemudian pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih
santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian
penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
Versi 2
Dalam pertunjukannya, Penari Kuda Lumping biasanya terbagi
menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama
biasanya dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan menunggangi kuda mereka menari
dengan gerakan yang lembut dan dinamis. Kemudian pada bagian kedua, biasanya dimainkan oleh beberapa
penari pria. Pada bagian ini para penari menari dengan gerakan yang
menggambarkan keberanian para prajurit penunggang kuda di medan pertempuran.
Dan yang ketiga atau terakhir adalah
bagian yang dimainkan oleh beberapa pria yang menunggangi kuda. Sambil
memainkan pecut, mereka menari
mengikuti iringan musik. Pada bagian ini beberapa penari mengalami kesurupan
dan dengan keadaan tidak sadar mereka melakukan beberapa atraksi berbahaya
seperti memakan beling, menyayat diri, berjalan di atas pecahan kaca dan
beberapa atraksi berbahaya lainnya.
Bunyi
sebuah pecutan (cambuk) besar itulah yang sengaja dikenakan para pemain
kesenian ini, sebagai tanda yang menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan
mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si pemain. Dengan menaiki kuda dari
anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi
kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga
berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun
melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan
giginya.
Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung
adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah,
putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat.
Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat
mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna
hitam.
Dalam
menyuguhkan pertunjukan Kuda Lumping ini setiap grup atau daerah memiliki
kreasi tersendiri dalam menampilkannya, namun tetap tidak meninggalkan keaslian
dalam kesenian tersebut. Sebelum sebuah
acara kuda lumping digelar selalu ada 2 orang pawang (pemimpin spiritual yang
memiliki kekuatan supranatural) yang bertugas untuk mempertahankan cuaca agar
tidak hujan. Dan yang satunya bertugas melakukan ritual pemanggilan makhluk
halus dari empat penjuru mata angin. Disamping itu,datuk ini juga bertugas menjaga
lingkungan dari gangguan ghaib, memulihkan penari yang kesurupan dan
mengendalikan makhluk halus yang merasuki pemain.Mereka juga memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar acara berlangsung aman dan tidak terjadi suatu
yang tidak diinginkan.
Gambar:
penari kuda lumping sedang menari sambil memainkan pecutnya
Gambar : si
penari sedang mengupas kelapa dengan gigi
Gambar: penari sedang memainkan
barongan
C.
Tata
Cara Melakukan Pergelaran
Didalam
suatu pertunjukan tradisional kuda lumping diiringi dengan nyanyian-nyanyian
yang dibawakan atau dibunyikan seseorang yang disebut sebagai sinden. Dalam
melakukan pertunjukan harus melalui beberapa proses perijinan terlebih dahulu
yaitu:
1. Izin kepada ketua RT
2. Izin kepada RW setempat
3. Izin kekantor kepala desa untuk mendapatkan buku
izin keramaian
4. Izin kekantor kecamatan
5. Izin ke kepolisian yang akan mengeluarkan surat izin
keramaian yang diberikan kepada yang punya hajat.
Tata cara pertunjukan kesenian kuda lumping sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat-alat seperti gamelan, gong,
kendang, kenong, terompet yang akan digunakan untuk pertunjukan.
2. Pemain musik siap menepati alat musik masing-masing
dan mulai memainkan.
3. Menata atau mempersiapkan perlengkapan seperti kuda,
barongan dan celengan atau topeng.
4. Menyiapkan bunga setaman, wangi-wangian fambo dupa
dan kemenyan.
5. Menyiapkan
kostum yang akan dipakai para jatilan atau penari kuda lumping.
6. Para
pemain dan sinden bersiap-siap dengan kostum dan make up.
7. Pertunjukan
siap dimulai.
D.
Peralatan
dan Bahan yang Digunakan
Tarian tradisional kuda
lumping ini diiringi atau dibantu dengan alat musik tradisional, yaitu Gamelan
seperti adanya:
1. Gong
2. Kenong
3. Gendang
4. Terompet
5. Bende
6. Demung
7. kecek
dan lain-lain.
Kostum yang di gunakan dalam pertunjukan
Kuda Lumping biasanya adalah pakaian para prajurit dengan menggunakan baju
lengan panjang atau pendek, namun ada juga yang menggunakan rompi, bahkan tidak
memakai baju. Pada bagian bawah menggunakan celana pendek sampai bawah lutut
dan di hiasi dengan beberapa hiasan warna – warni dan kain bermotif batik.
Untuk bagian kepala biasanya menggunakan mahkota atau blangkon. Aksesoris yang di gunakan adalah gelang tangan, gelang
kaki, ikat pinggang, keris dan penutup dada.
Property yang di gunakan dalam pertunjukan
Kuda Lumping ini adalah kuda kepang,
namun setiap bagian penari berbeda - beda. Untuk penari wanita pada bagian
pertama biasanya menggunakan selendang sebagai propertinya. Karena yang di
utamakan pada bagian ini adalah tarian para penarinya. Namun ada juga yang
menggunakan property seperti pedang.
Untuk penari pria pada bagian kedua biasanya di menggunakan property seperti
pedang. Karena pada bagian ini menggambarkan para prajurit berkuda di medan
perang. Untuk bagian ketiga biasanya menggunakan property pecut. Pada bagian ini para penari menari menunggangi kuda dengan
memainkan pecut seirama dengan musik pengiring sehingga menimbulkan suara yang
khas.
Dalam melakukan pergelaran ini dipersiapkan
pula sesaji (sajen) sebelum acara tari kuda lumping digelar berupa bunga,
pisang rajamala, ayam muda, nasi tumpeng, kemenyan dan lain-lain..
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tari kuda lumping tarian berasal dari pulau Jawa.
Tari ini biasa disebut juga dengan jaran kepang atau jaranan atau jathilan.
Kuda lumping adalah tarian tradisional jawa yang menampilkan sekompok prajurit
yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat
dari kulit kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga
yang terbuat dari anyaman bambu yang kemudian diberi motif atau hiasan dan
direka seperti kuda. Selain itu kuda lumping juga identik dengan hal-hal
magis.
Tarian kuda lumping menampilkan
adegan prajurit berkuda, namun dalam penampilannya terdapat juga atraksi kesurupan,
kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan
kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.
Kuda tiruan yang digunakan dalam
tarian kuda lumping dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya
yang di gelung atau di kepang, sehingga masyarakat jawa menyebutnya sebagai
jaran kepang.
Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian
kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”.
Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang
dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga
bertanggung jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang
dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun
dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh
sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang
pimpinannya.
B.
Saran
Kini, kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan
yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya
ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing
ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi.
Hingga saat ini, kita tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang
mencetuskan (menciptakan) kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda
lumping dijumpai di banyak daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini
sebagai salah satu budaya tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa
waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai
miliknya di samping Reog Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni kuda lumping di
berbagai tempat, dengan berbagai ragam dan coraknya, dapat menjadi indikator
bahwa seni budaya yang terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” sebagai
sebuah seni budaya yang patut diperhatikan sebagai kesenian asli Indonesia.
Satu hal
yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah hingga sekarang
dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba menyingkirkan
kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus
bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali kebudayaan yang sejak
dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman modern ini. Untuk itu, kepada
Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus menelurusi
kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk
kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.negerikuindonesia.com/2015/05/kuda-lumping-kesenian-tradisional-dari.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping
http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/08/tari-kuda-lumping-tarian-daerah-jawa.html
http://artikel-luarbiasa.blogspot.co.id/2012/03/sejarah-asal-muasal-seni-tari-kuda.html