Rabu, 07 Desember 2016

makalah kuda lumping



MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
PERGELARAN KUDA LUMPING
Dosen Pengampu : Didi Darmadi
Di Susun Oleh :
UMI WAHYULA : 11632025
BKI A/1

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PONTIANAK
2016/2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, syukur yang tak terhingga pada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat yang besar pada kita semua, terutama nikmat kesehatan, keimanan dan keberIslaman. Mudah-mudahan istiqomah selalu menghiasi hari-hari kita agar dapat merasakan kebahagiaan di dunia dan syurga di akhirat.
Shalawat dan salam dihadiahkan untuk Rasulullah Saw, sebagai teladan dan qudwah bagi kita yang mendambakan sosok figur yang super hebat, hebat jasmaninya, hebat rohaninya, hebat intelektualnya, hebat kasih sayangnya pada manusia, hingga seleruh alam bertasbih bersamanya.
Di sini saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa makalah yang berjudul Pergelaran Kuda Lumping ini masih jauh dari harapan yang semestinya, tapi paling tidak dapat menjadi sumbangsih pemikiran guna memperkuat struktur keilmuan dan khazanah Budaya Lokal.
Oleh karena itu, atas segala saran dan masukannya saya ucapkan banyak terima kasih, terutama kepada Ibu saya sendiri yang memberikan saya inspirasi serta penjelasan tentang seluk beluk tradisi ini. Semoga hasil karya sederhana ini bermanfaat dan semoga Allah Swt. senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.

Pontianak, November 2016
Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….……………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..            ii
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang………………………………………………………..….. 1
B.        Rumusan Masalah…………………………………………………….….. 2
C.        Tujuan…………………………………………………………….……… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Asal Usul Tarian Kuda Lumping………………………………………… 3
B.        Cara Permainan…………………………………………………………... 4
C.        Tata Cara Melakukan Pergelaran……………………………………….... 10
D.       Peralan dan Bahan yang Digunakan………………………………………10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………..…......  12       
Saran……………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Kesenian yang satu ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang terkenal di pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta daerah-daerah lain sekitarnya. Namanya adalah Kuda Lumping. Jika para pembaca bertanya, apa itu kuda lumping? Disini saya akan menjelaskannya sepengetahuaan saya. Kuda Lumping adalah salah satu kesenian tradisional Jawa yang menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda. Kuda yang di gunakan dalam tarian ini bukanlah kuda sungguhan, namun kuda yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga yang terbuat dari bambu yang dianyam, bahan ini dibentuk dan dihias menyerupai kuda.
Selain Kuda Lumping, tarian ini juga sering disebut “Jaran kepang/Jaranan/Jathilan” karena bentuk dari kudanya yang dihiasi dengan rambut tiruan terbuat dari tali plastik dan dihias dengan cara dikepang. Selain menyuguhkan gerak tari, tarian ini juga terdapat unsur magis karena setiap pertunjukannya ada beberapa atau semua penari yang mengalami kesurupan dan ada beberapa ritual yang di lakukan dalam tarian ini.
Selain itu ada beberapa atraksi berbahaya yang dipertontonkan seperti memakan beling, menyayat sabut kelapa dengan gigi, berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya. Tarian ini merupakan pengembangan dari kesenian “Jatilan”. Walaupun masih terdapat beberapa unsur seperti kesurupan dan atraksi berbahaya, namun pada Kuda Lumping ini lebih mengutamakan gerakan tari yang menggambarkan jiwa kepahlawanan para prajurit berkuda dalam peperangan.
Tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan kuda-kudaan yang digunakan, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seperti halnya tarian lain yang ada di Indonesia kuda lumping biasanya ditampilkan pada ajang-ajang tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Untuk menghormati Dewa sang pemberi wangsit dan memperingati kemenangan demi kemenangan kemudian setiap tahun diadakan upacara kebaktian dengan suguhan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan yang menggambarkan kepahlawanan, sebagai suatu prosesi dari prajurit penunggang kuda yang kalap dan menyerbu musuh-musuhnya. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu kemudian diberi nama Kuda Lumping.

2.      Rumusan Masalah
Pembahasan dalam makalan ini akan membahas tentang
a.       masalah sejarah, dan
b.      cara pergelaran.

3.      Tujuan
Adapun makalan ini saya buat untuk memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang salah satu kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Di dalam makalan ini saya selaku penulis membahas tentang sejarah dan cara permainan kuda Lumping. Karena pada dasarnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang tradisi pergelaran ini. Tujuan awal digelarnya tradisi ini adalah sebagai ritual semata, namun saat ini ada juga yang menggelarnya sebagai suguhan dalam menyambut tamu kehormatan dan acara hajatan-hajatan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
PERGELARAN KUDA LUMPING
A.    Asal Usul Tarian Kuda Lumping
Sangat sulit untuk menemukan sumber catatan sejarah yang menjelaskan tentang asal muasal tarian ini, hanya sebuah riwayat saja yang diceritakan oleh rakyat secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun konon katanya kuda lumping adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain lagi menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Menurut sekelompok masyarakat yang lain mengenai sejarah ini, seni kuda lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara. Di samping itu, kesenian ini juga sebagai media dalam menghadirkan hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat pada umumnya.
Beberapa masyarakat di daerah lain mengatakan tari kuda lumping adalah tari kesurupan. Mereka menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari kerajaan lodaya pada serial legenda reyog abad ke 8.
Ada juga kelompok masyarakat lain yang mengatakan bahwa kesenian kuda lumping berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Menurut mereka legenda ini menceritakan tentang Raja Ponorogo yang selalu kalah dalam peperangan. Sang raja masygul dan gundah. Hingga akhirnya ia pergi ke sebuah pertapaan. Ketika sedang khusuk-khusuknya memohon kepada Dewa Jawata Sang Marasanga, ia dikejutkan oleh suara tankatingalan. Suara itu ternyata wangsit dari Sang Jawata. Isinya apabila raja ingin menang perang, ia harus menyiapkan sepasukan berkuda. Ketika pergi ke medan perang, para prajurit penunggang kuda itu diiringi dengan "bande" dan rawe-rawe.
Konon, bande dan rawe-rawe itu menggugah semangat menyala, membabi buta di kalangan para prajurit penunggang kuda. Ketika bertempur mereka mabuk sehingga tidak sadarkan diri, tapi dengan semangat keberanian yang luar biasa menyerang musuh­-musuhnya. Demikianlah dalam setiap peperangan para prajurit bergerak dalam keadaan kalap dan memenggal kepala musuh-musuhnya dengan kekuatan yang tangguh. Akhirya Raja selalu memperoleh kemenangan.
Untuk menghormati Dewa sang pemberi wangsit dan memperingati kemenangan demi kemenangan kemudian setiap tahun diadakan upacara kebaktian dengan suguhan acara berupa tarian menunggang kuda-kudaan yang menggambarkan kepahlawanan, sebagai suatu prosesi dari prajurit penunggang kuda yang kalap dan menyerbu musuh-musuhnya. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itulah yang kemudian diberi nama Kuda Lumping.

B.     Cara Permainan
Versi 1
Dalam pementasannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.Kemudian pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.
Versi 2
Dalam pertunjukannya, Penari Kuda Lumping biasanya terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama biasanya dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan menunggangi kuda mereka menari dengan gerakan yang lembut dan dinamis. Kemudian pada bagian kedua, biasanya dimainkan oleh beberapa penari pria. Pada bagian ini para penari menari dengan gerakan yang menggambarkan keberanian para prajurit penunggang kuda di medan pertempuran. Dan yang ketiga atau terakhir adalah bagian yang dimainkan oleh beberapa pria yang menunggangi kuda. Sambil memainkan pecut, mereka menari mengikuti iringan musik. Pada bagian ini beberapa penari mengalami kesurupan dan dengan keadaan tidak sadar mereka melakukan beberapa atraksi berbahaya seperti memakan beling, menyayat diri, berjalan di atas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya.
Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar itulah yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, sebagai tanda yang menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya.

Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Dalam menyuguhkan pertunjukan Kuda Lumping ini setiap grup atau daerah memiliki kreasi tersendiri dalam menampilkannya, namun tetap tidak meninggalkan keaslian dalam kesenian tersebut.  Sebelum sebuah acara kuda lumping digelar selalu ada 2 orang pawang (pemimpin spiritual yang memiliki kekuatan supranatural) yang bertugas untuk mempertahankan cuaca agar tidak hujan. Dan yang satunya bertugas melakukan ritual pemanggilan makhluk halus dari empat penjuru mata angin. Disamping itu,datuk ini juga bertugas menjaga lingkungan dari gangguan ghaib, memulihkan penari yang kesurupan dan mengendalikan makhluk halus yang merasuki pemain.Mereka juga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar acara berlangsung aman dan tidak terjadi suatu  yang tidak diinginkan.

Gambar : Penari Kuda Lumping Wanita

Gambar: penari kuda lumping sedang menari sambil memainkan pecutnya
Gambar : Penari Kuda Lumping Pria

Gambar : Adegan Kuda Lumping di Medan Perang
Gambar : si penari sedang mengupas kelapa dengan gigi
Gambar: penari sedang memainkan barongan
C.    Tata Cara Melakukan Pergelaran
Didalam suatu pertunjukan tradisional kuda lumping diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang dibawakan atau dibunyikan seseorang yang disebut sebagai sinden. Dalam melakukan pertunjukan harus melalui beberapa proses perijinan terlebih dahulu yaitu:
1.      Izin kepada ketua RT
2.      Izin kepada RW setempat
3.      Izin kekantor kepala desa untuk mendapatkan buku izin keramaian
4.      Izin kekantor kecamatan
5.      Izin ke kepolisian yang akan mengeluarkan surat izin keramaian yang diberikan kepada yang punya hajat.

Tata cara pertunjukan kesenian kuda lumping sebagai berikut:
1.      Mempersiapkan alat-alat seperti gamelan, gong, kendang, kenong, terompet yang akan digunakan untuk pertunjukan.
2.      Pemain musik siap menepati alat musik masing-masing dan mulai memainkan.
3.      Menata atau mempersiapkan perlengkapan seperti kuda, barongan dan celengan atau topeng.
4.      Menyiapkan bunga setaman, wangi-wangian fambo dupa dan kemenyan.
5.      Menyiapkan kostum yang akan dipakai para jatilan atau penari kuda lumping.
6.      Para pemain dan sinden bersiap-siap dengan kostum dan make up.
7.      Pertunjukan siap dimulai.

D.    Peralatan dan Bahan yang Digunakan
Tarian tradisional kuda lumping ini diiringi atau dibantu dengan alat musik tradisional, yaitu Gamelan seperti adanya:
1.      Gong
2.      Kenong
3.      Gendang
4.      Terompet
5.      Bende
6.      Demung
7.      kecek dan lain-lain.

Kostum yang di gunakan dalam pertunjukan Kuda Lumping biasanya adalah pakaian para prajurit dengan menggunakan baju lengan panjang atau pendek, namun ada juga yang menggunakan rompi, bahkan tidak memakai baju. Pada bagian bawah menggunakan celana pendek sampai bawah lutut dan di hiasi dengan beberapa hiasan warna – warni dan kain bermotif batik. Untuk bagian kepala biasanya menggunakan mahkota atau blangkon. Aksesoris yang di gunakan adalah gelang tangan, gelang kaki, ikat pinggang, keris dan penutup dada. 
Property yang di gunakan dalam pertunjukan Kuda Lumping ini adalah kuda kepang, namun setiap bagian penari berbeda - beda. Untuk penari wanita pada bagian pertama biasanya menggunakan selendang sebagai propertinya. Karena yang di utamakan pada bagian ini adalah tarian para penarinya. Namun ada juga yang menggunakan property seperti pedang. Untuk penari pria pada bagian kedua biasanya di menggunakan property seperti pedang. Karena pada bagian ini menggambarkan para prajurit berkuda di medan perang. Untuk bagian ketiga biasanya menggunakan property pecut. Pada bagian ini para penari menari menunggangi kuda dengan memainkan pecut seirama dengan musik pengiring sehingga menimbulkan suara yang khas.
Dalam melakukan pergelaran ini dipersiapkan pula sesaji (sajen) sebelum acara tari kuda lumping digelar berupa bunga, pisang rajamala, ayam muda, nasi tumpeng, kemenyan dan lain-lain..




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tari kuda lumping tarian berasal dari pulau Jawa. Tari ini biasa disebut juga dengan jaran kepang atau jaranan atau jathilan. Kuda lumping adalah tarian tradisional jawa yang menampilkan sekompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang telah dikeringkan (disamak) dan ada juga yang terbuat dari anyaman bambu yang kemudian diberi motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Selain itu kuda lumping juga identik dengan hal-hal magis.
Tarian kuda lumping menampilkan adegan prajurit berkuda, namun dalam penampilannya terdapat juga atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.
Kuda tiruan yang digunakan dalam tarian kuda lumping dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang, sehingga masyarakat jawa menyebutnya sebagai jaran kepang.
Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.
B.     Saran
Kini, kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi. Hingga saat ini, kita tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang mencetuskan (menciptakan) kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda lumping dijumpai di banyak daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai ragam dan coraknya, dapat menjadi indikator bahwa seni budaya yang terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” sebagai sebuah seni budaya yang patut diperhatikan sebagai kesenian asli Indonesia.
Satu hal yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali kebudayaan yang sejak dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman modern ini. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.negerikuindonesia.com/2015/05/kuda-lumping-kesenian-tradisional-dari.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping
http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2014/08/tari-kuda-lumping-tarian-daerah-jawa.html
http://artikel-luarbiasa.blogspot.co.id/2012/03/sejarah-asal-muasal-seni-tari-kuda.html